Selasa, Desember 23, 2008

maksimalisasi pendidikan

MEMANUSIAKAN MANUSIA

MELALUI PENDIDIKAN NON FORMAL

Oleh : fajarilhami

Dengan kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan lepas dari pendidikan baik dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Kita tahu bahwa setiap manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Karena di setiap diri pribadi manusia antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan-perbedaan dan manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Jadi setiap manusia saling membutuhkan. Dan hal ini tentunya membutuhkan adanya suatu program pendidikan. Sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri adalah merupakan suatu bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengembangkan dan memfungsionalkan jasmani dan rohani manusia agar dapat meningkatkan atau mengembangkan wawasan pengetahuannya untuk bisa belajar san berinteraksi pada sesama. Begitu pula sebaliknya pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya manusia itu sendiri.

Sehingga dengan adanya program pendidikan ini manusia dapat menciptakan serta menghasilkan sesuatu hal yang baru dan bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Misalnya, sekarang ini masih banyak masyarakat yang masih bersifat primitif. Mereka sangat membutuhkan program pendidikan yang layak bagi diri mereka agar bisa melakukan dan menghasilkan hal-hal yang baru, tentunya dalam hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi semua orang termasuk dirinya sendiri.

Secara fisik, manusia dengan manusia dapat membentuk kecakapan hidup yang selaras, memberikan motifasi atau dorongan yang lebih baik dan memberikan modal pendidikan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu juga dibutuhkan pendidikan yang bersifat Non Formal. Pendidikan non formal merupakan pendidikan di luar pendidikan formal yang berbasis kepada masyarakat dan diselenggarakan masyarakat atau pemerintah untuk warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang masa. Pendidikan non formal ini banyak dilakukan di luar sekolah atau lembaga kedinasan lainnya, seperti, lembaga pelatihan masyarakat, pusat kegiatan belajar masyarakat, lembaga khusus dan Majelis taklim. Kegiatan ini bisa dilakukan di surau, di rumah kepala desa, atau di tempat-tempat lainnya yang memang sudah disediakan oleh pemerintah. Hal ini biasanya diselenggarakan oleh organisasi masyarakat atau pemerintah untuk masyarakat yang memerlukan layanan pengganti, penambah dan pelengkap dari pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan berkesinambungan.

Adapun beberapa tujuan pendidikan non formal diantaranya, membantu memberantas masyarakat yang buta aksara sehingga masyarakat tersebut dapat membaca, menulis dan berhitung serta memiliki IPTEK yang sesuai dengan keadaan sekarang, menyetarakan pendidikan masyarakat mulai pendidikan dasar sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Masyarakat bisa terampil pada berbagai kecakapan dan kelahiran hidup untuk bisa mandiri. Menyiapkan anak usia dini sebagai bekal untuk menghadapi masa yang akan datang, bisa menata dan memberdayakan institusi pendidikan non formal yang terepercaya sesuai standart Nasional.

Dari beberapa data yang saya dapat sesuai dengan fenomena yang terjadi pada sekarang ini, walaupun masyarakat sudah banyak yang mengenyam pendidikan baik melalui pendidikan yang bersifat formal maupun informal seperti peserta didik siswa maupun siswi di lingkungan khususnya di kalangan remaja. Ternyata masih banyak yang mengalami kegagagalan dalam mengamalkan ilmu yang mereka dapat dari sekolah. Bahkan tidak pernah diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Seperti, minum-minuman keras, penyalah gunaan narkoba, tindak asusila, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan dan sebagainya.

Maka dari itu, sangat diperlukan suatu usaha pembelajaran melalui pendidikan “Memanusiakan manusia melalui pendidikan yang bersifat Non Formal”, dalam arti: Memfasilitasikan, memotifasi, mengajak masyarakat untuk belajar walaupun di luar sekolah atau di luar lingkup lembaga kedinasan lainnya dengan mengadakan pendidikan yang bersifat Non Formal tersebut, maka masyarakat bisa menggali, mengembangkan dan mengfusionalisasikan potensi yang dimiliki peserta didiknya baik usia dini, di kalangan remaja, maupun di kalangan manusia non produktif dengan penekanan penguasaan, pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap serta kepribadian yang profesional sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. Jadi dengan melalui pendidikan non formal dapat memanusiakan manusia, dalam artian menjadikan manusia tersebut bisa lebih baik dari sebelumnya dan berguna bagi manusia-manusia lainnya terutama untuk generasi selanjutnya atau yang akan datang

pendidikan

MAKSIMALISASI PENDIDIKAN NON FORMAL

Oleh : fajar ilhami

Pepatah klasik yang berbunyi bahwa “buku adalah gudang ilmu” atau pepatah yang lain menyebutkan “ sebaik-baik teman duduk adalah buku”, merupakan jargon tentang besarnya fungsi buku dalam menata peradaban dan kemajuan umat manusia. Jargon-jargon tersebut yang sejak dahulu kala terkenal tersebut merupakan ekspresi akan pentingnya dunia buku sebagai power kehidupan, bahkan tidak pelak buku menjadi kekuatan sangat strategis dalam pengembangan nalar berfikir dan kreatifitas umat manusia sepanjang masa.

Sejarah kebangkitan nalar berfikir umat manusia, pada awalnya ditandai dengan menggeliatnya komitmen untuk menjadikan buku sebagai tolok ukur di dalamnya. Buku adalah kekuatan penentu maju dan tidaknya kehidupan masyarakat, yang seyogyanya harus terintegrasi dalam kesadaran masyarakat, terutama di tengah era kebangkita ilmu pentetahuan saat ini, dimana kesadaran berfikir dan kreatifitas membaca merupakan karakter dari masyarakat yang maju dan berperadaban.

Peradaban yang besar dibangun dengan kreatifitas dan produktifitas yang besar pula oleh generasi yang ada di dalamnya. Kreatifitas yang tinggi melahirkan khazanah yang sangat berarti untuk menopang bangunan peradaban tersebut. Itulah yang terjadi dalam sepanjang peradaban umat manusia sampai kini. Oleh karena itu, posisi pemanfaatan buku sebagai teman kehidupan manusia akan melahirkan satu capaian prestius tentang bangunan kesadaran, dimana dialektika berfikir dan pengembangan serta pemberdayaan masyarakat menjadi sesuatu yang inheren di dalamnya. Artinya, buku merupakan cerminan peradaban dan kemajuan umat manusia, yang tidak boleh ternafikan.

Dalam konteks inilah, perpustakaan sebagai lokasi tempat buku dikumpulkan, memiliki peranan yang sangat besar dalam menopang munculnya komitmen terhadap aktifitas baca membaca buku. Dengan kata lain, perpustakaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam peradaban-peradaban yang besar, karena satu-satunya ciri menonjol dalam perpustakaan adalah ia sebagai wadah tempat buku (pemikiran/khazanah intelektual) menyatu dalam satu kata perpustakaan dengan rapi dan sistematis. Tidak heran kalau pada gilirannya, ada asumsi yang menyebutkan bahwa lembaga yang besar adalah lembaga yang memiliki perpustakaan yang besar.

Perpustakaan telah menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam memompa semangat peradaban menjadi peradaban yang benar-benar berarti. Perpustakaan bukan hanya dianggap sebagai tumpukan buku, tetapi telah menjadi bagian integral dari proses panjang pembangunan suatu lembaga dan peradaban. Itulah yang sejak zaman kebangkitan pemikiran umat manusia dikemnbangkan. Perpustakaan menjadi ukuran para pemikir dan penguasa kala itu, dalam mengembangkan peradaban yang maju.

Dalam sebuah tulisannya Ahmad Sahidah[1] memberikan gambaran yang sangat utuh tentang posisi dan peran buku dalam kehidupan peminatnya. Menurutnya : Ada banyak cerita tentang buku yang megubah hidup seseorang. Nietzsche menemukan pencerahan dari buku Schopenhauer yang didapatinya di pasar loak. Bahkan, dengan nada provokatif, Levi Strauss merasa mendapatkan wahyu (revelation) setelah membaca buku Roman Jacobson. Dua contoh ini adalah lebih dari cukup bagaimana teks telah mempengaruhi seseorang menjadi orang lain (after-ego) dan melakukan sesuatu dari apa yang dibacanya

Buku dan perpustakaan secara umum telah menjadi tali pengikat gagasan besar hasil dialektika sejarah anak manusia untuk dipersembahkan pada kehidupan. Sejarah telah menjadi saksi nyata atas kenyataan itu semua, betapa buku sebagai yang menyimpan gagasan besar kehidupan telah berhasil menjadi driving force perubahan manusia dalam setiap masa. Lasa Hs membenarkan kenyataan ini. Menurutnya, sejarah telah membuktikan bahwa buku merupakan salah satu sistem pendokumentasian gagasan besar sepanjang masa. Buku mampu merekam sosok individu, sejarah, informasi, dan iptek yang tadinya berbentuk gagasan.

Perpustakaan sebagai pusat dokumentasi buku-buku : dimana gagasan kreatif para penulis yang berhasil direkam melalui proses panjang kreatifitas dan pemikiran yang ulet merupakan bagian dari kekayaan zaman yang tersimpan di perpustakaan. Sebab, upaya mengumpulkan buku dan khazanah yang lain dalam satu lokasi bernama perpustakaan merupakan bahasa lain dari upaya menyelamatkan khazanah peradaban untuk diwariskan kepada generasi setelahnya. Dan perpustakaan telah menjadi saksi dokumentatif yang selalu merekam, menyimpan dan mengamankan setiap khazanah yang telah dihasilkan dalam sepanjang masa. Setiap gagasan besar yang ditulis menjadi buku, secara jelas memiliki tempat bernama perpustakaan.

Disinilah posisi perpustakaan memiliki siginifikansi yang sangat relevan. Perpustakaan benar-benar menjadi nahkoda kehidupan dalam menapaki kemajuan dan meraih kemajuan yang luar biasa. Perpustakaan pada gilirannya akan menjadi pusat informasi dan pengkayaan wawasan yang sangat potensial yang harus menjadi titik pangkal kesadaran bersama. Sejarah kemajuan yang telah berhasil diraih pada masa-masa lalu, tidak bisa lepas dari komitmen kreatif dan produktif serta perhatian terhadap perpustakaan.

Sebab, memiliki perhatian terhadap perpustakaan sama halnya dengan telah menegaskan akan kecintaan terhadap tradisi membaca, dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap membaca berarti juga memiliki cita-cita terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Karena menurut hemat penulis, antara membaca, perpustakaan dan ilmu pengetahuan merupakan trilogi keterpaduan yang saling kait mengkait serta tidak mungkin bisa diputuskan antara satu dengan yang lain.

Berharap mengembangkan ilmu pengetahuan sangat tidak mungkin, tanpa ada kesadaran membaca yang tinggi, dan berharap membaca menjadi tradisi yang umum juga sangat tidak memungkinkan, tanpa adanya sarana dan fasilitas membaca yang bisa menopang, seperti perpustakaan. Maka, pemanfaatan perpustakaan sebagai inatitusi membaca sangat strategis untuk dipahami dan dikembangkan sebagai learning society (masyarakat belajar).


psikologi

BAB I

PENDAHULUAN

Oleh : fajar ilhami

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Dengan adanya pendidikan yang baik dan benar, secara langsung kita talah mempersiapkan generasi masa depan yang yang cemerlang dan kehidupan yang layak.

Dalam pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri peserta didik (Idris Jauhari, TT) oleh karena itu pendidikan sangat menekankan pada proses belajar mengajarnya, maka sebagai pendidik kita harus mengetahui bahwa tumpuan utama pendidikan adalah pendidikan itu sendiri dan peserta didik. Sehingga sangat mungkin sekali untuk memahami peserta didik.

Kunci dari segala keberhasilan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengajar. Ungkapan itu sering kali dijumpai dalam kehidupan pendidikan yang mungkin saja kedengarannya berlebihan. Tetapi berdasarkan kenyataannya ungkapakan ini tidaklah berlebihan karena masih banyak orang yang berpredikat guru tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengajar. Salah satu faktornya ialah, karena guru tidak memahami arti dari belajar itu sendiri

Memahami arti belajar adalah ilmu yang harus dikuasai oleh seorang guru. Artinya , untuk menyiapkan diri menjadi seorang guru, yang pertama harus dipelajari adalah bukan langsung terbatas pada ilmu mengajar saja, karena mengajar hanya sebuah konsekuensi atau implikasi dari belajar. Bagaimana seorang memahami belajar dengan baik, begitulah yang akan nampak dalam metodelogi yang diterapkan dalam mengajar.

Apabila seorang guru kurang memahami atau salah menafsirkan mengenai peristiwa belajar, maka konsekuensinya cara penerapan pengajarannyapun salah. Cara mengajar seorang guru tidak akan lebih baik dari pemahamannya mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan belajarSetiap manusia diwajibkan untuk belajar

1.2 . Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Pada masa sekarang, banyak peserta didik bahkan pendidik kurang memahami bagaimana memahami belajar seutuhnya?.

1.2.2 Batasan Masalah

Makalah ini akan membahas dan membatasi tentang seperti apakah cara memahami belajar dalam rangka peningkatan kualitas belajar.

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari batasan masalah yang di atas dalam makalah ini rumusan masalah yang akan disampaikan adalah bagaimanakah seorang peserta didik maupun pendidik untuk saling memahami tentang belajar sehinnga tercipta kelancaran dalam belajar

C1.3 Maksud Dan Tujuan Penulisan

Memahami, mengetahui dan mengerti daripada belajar sesungguhnya, bagaimana belajar, prinsip belajar, sumber belajar dan teori belajar. Untuk kematangan dan terjadinya perubahan pada peserta didik maupun pendidik menuju kearah yang lebih baik.

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengertian Belajar

secara umum belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian perstiwa yang secara sengaja atau tidak sengaja dialami setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.

Dengan demikian belajar bukan hanya sekedar mempelajari suatu mata pelajaran dirumah atau disekolah secara formal. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi, dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lembag pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan untuk pemeliharaan kebudayaan, nilai maupun bagi diri masing-masing anak

Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman ( Gage,1984) Seseorang dapat dikatakan belajar sesuatu apabila padanya telah terjadi perubahan tertentu. Misalnya dari semula semula tidak mampu berbahasa arab kemudian mahir bahsa arab, semula tidak mengenal sopan santun, demikian seterusnya sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

Di samping itu belajar merupakan suatu “ proses “ dalam arti berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Mengenai proses ini, tidak pernah ada orang yang dapat menyaksikannya. Menurut Clark L. Hull dalam Henry , Nelson B (1942) menyatakan bahwa sesungguhnya proses belajar hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui pengamatan tingkah laku yang baru dari pelajar. Tingkah laku yang baru misalanya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru , perubahan dalam sikap kebiasaan, perkembangan sikap sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah.

2.2 Teori-teori belajar

a Teori Belajar Sosial

Teori belajar ini dikembangkan oleh Albert Mandura (1969). Teori ini sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi lebih menekankan pada dampak prilaku dan proses mental internal itu sendiri. Jadi dalam teori belajar sosial digunakan penjelasan-penjelasan yang bersifat memperkuat secara eksternal dan internal kognitif dari dunia ini untuk memahami bagaimana anak belajar dari orang lain. Melalui pengamatan tentang dunia sosial kita, melalui interpretasi kognitif dunia ini, banyak sekali informasi dan penampilan –penampilan yang kompleks dapat dipelajari.

Dalam pandangan belajar sosial “ manusia itu didak didorong oleh kekuatan , dan juga tidak dipukul oleh keadaan lingkungan .tetapi fungsi psikologi lebh diterangkan sebagai proses interaksi yang terus menerus dan timbal balik dari aspek-aspek pribadi dan aspek-aspek lingkungan. Teori ini lebih menekankan bahwa lingkungan yang dihidapkan oleh seseorang, tidak sebarangan, lingkungan –lingkungan itu sering kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.

b. Teori Belajar Burner

Burner mengembangkansuatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya ialah bagaimana ornag memilih, mempertahankan, dan metranformasikan iniformasi sear aktif dan inilah menurut burner inti dari belajar.

Pendekatan belajar burner didasarkan pada dua asumsi. Asumsi yang pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif lebih jelasnya adalah orang yang belajar interksi dengan lingkungan secara aktif, perubahan tidak hanya pada lingkungan tetapi pada orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya adalah dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan sebelumnya. ( model alam = ausubel ) .

Burner menganggap bahwa belajar melalui tiga proses koknitif yakni memperoleh informasi baru, tranformasi pengetahuan dan ketepatan pengetahuan. Pandangan nya terhadap belajar adalah Konseptualisme Instrumental , yang didasarkan pada dua prinsip yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model – model yang mulanya mengabdopsi kebudayaan seseorang dan kemudian diabdopsikan kepada orang lain berdasarkan kenyataan yang dibangunnya,

Pematangan intelektual seseorang telah ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak ketergantungan respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan ini tergantung pada bagaimana seseorang mengelolah peristiwa-peristiwa menjadi suatu system simpanan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada diri sendiri atau orang lain tentang apa yang telah dan akn dilakukan.

Menurut burner belajar akan bermakna jika dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pelajaran yang diperoleh melelui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang positif belajar penemuan meningkatkan berfikir secara bebads dan melatih keterampilan –keterampilanberfikir unruk menemukan dan memecahkan masalah..

c. Teori belajar Ausubel

Menurut ausubel dan novak ada dua dimensi belajar yaitu dimensi penerimaan/ penemuan dan dimensi hafalan/ bermakna.yang tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan suatu kotinuum hafalan/bermakna dan ini terjadi pada diri anak. Hanya berbeda dalam kadarnya.

Inti dari teori ausubel ini tentang belajar ialah belajar bermakna . belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif anak, karena konsep –konsep itu mirip dengan informasi baru itu

2.3 Sumber – sumber belajar

Mudah dipahami bahwa keaktifan belajar peserta didik tidak terlepas dari tersedianya dan lengkap-titdaknya sumber belajar yang digunakan . setiap bahan pelajaran yang disampaikan dalam pengajaran akan menuntut penggunaan sumber belajar tertentu yang cocok dan memadai. Sumber-sumber belajar ini semestinya diganti, dikembangkan dan dimanfaatkan guru agar tercipta lingkungan belajar yang mendukung pencapaian tujuan yang lebih efektif.

Yang dimaksud dengan sumber belajar tersebut adalah bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pengajaran untuk membantu guru maupun peserta didik dalam usaha mencapai tujuan (mohamad ali,1998). Menurut Mohammad Ali, bentuk –bentuk sumber belajar ini sangat beraneka ragam, meliputi bahan tercetak dan alat Bantu pandang dengar (audio-visual aids). Pengertian luas mengenai sember-sumber belajar yang dikaitakan dengan pegembangan muatan lokal ini dikemukakan oleh Sutaryat Trisnamansyah dan Enceng Mulyaba (1989), yakni “… segala sesuatu yang tyerdapat dalam linkungan individu yang belajar … yang dapat mendorong atau membantu terciptanya kegiatan belajar “. lingkungan yang dimaksud meliputi : phisik, kebudayaan, sosial dan manusia.

1. sumber belajar dari lingkugan phisik

Lingkungan phisik sebagai sumber belajar sebernanya tidaklah terbatas. Lingkungan Phisik juga memperlihatkan sumber-sumber belajar daalmbentuk bahan mentah dengan variasinya yang angat luas. Lingkungan phisik, bisa meliputi berbagai hal disekeleling kita seperti tanah, tumbuhan, air, batu, hewan dll.

Pemanfaatan sumber belajar berupa lingkungan phisik ini akan sangat bergantung pada kejelian guru dalam menggali, melihat , jmempelajari dan memanipulasi bah belajr yang bermanfaat. Seorang guru bisa saja memanfaatkan bambu yang ada di dekitar kehidupan aank unti dibuat anyaman yang bermanfat bahkan memiliki nilai komersial. Demikianlah halnya dengan tanah liat, dapat dibuat bahan keramik alam berbagai bentuknya yang juga mempunyai nilai komersial

2. Sumber Belajar Dari Lingkungan Kebudayaan

kekayaan budaya Indonesia bisa tidak terhitung banyaknya. Demikian halnya dengan budaya yang berkembang ataupun yang masih terpendam diberbagai daerah dalaam berntuk budaya lokal. Bahkan kebudayaan ini tentu saja memiliki berbagai keberanian bagi penyelenggara suatu program pendidikan yang bersifat kedaerahan. Bahkan hal itu merupakan sumber pendidikan yang tidak akan pernah habis.

suatu kebudayaan bisa saja dipelajari dari dua sudut penglihatan baik hasil maupun proses. Sutaryat Trisnamansyah dan Enceng Mulyaba (1989), selanjutnya mengungkapkan bahwa hasil, kebudayaan itu merupakan objek atau bahan yang dipelajari dalam rangkan kurikulum kesenian. Dan kebudayaan yang sebagai mana disebutkan sebagai proses , kebudayaan itu merupakan cara atau penyampaian dalam proses belajar mengajar kurikulum muatan lokal.

Seorang guru sekolah amatlah dituntut kepekaaanya untuk mamapu memanfaatkan kebudayaan ini sebagai sumber belajar. Baik hal itu sebagai hasil maupu sebagai proses, ia tidak dapat melepaskannya dari kepentingan implemnetasi kurikulum kesenian.

3. sumber belajar dari lingkungan sosial

ligkungan sosial sebagai sumber belajar adalah organisasi kemasyarakatatn misalnya organisasi pemuda, keolahragaan, kelompok tani dan sebagainya. Sedangkan termasuk institusi kemasyarakatn itu adalah langgar, mesjid gereja, pura, sanggar dan sebagainya

4. sumber belajar tenaga manusia

manusia sebagi sumber belajr sangatlah beragam turutama dilihat dari kemapuan dan peran sertanya dalam kehidupan didaerah atau di masyarakat.dengan kata lain setiap orang di masyarakat memiliki kemampuan dan kiprah hidupnya sendiri- sendiri.

Sehubungan dengan kepentingan identifikasi sumber-sumber belajar yang ingin digali atu diperoleh dan dapat dimanfaatkan, guru sekolah dasar bisa dibina untuk dapat menyelenggarakan berbagi teknik seperti :

- observasi, yaitu menlakukan pengamatan terhadap kehidupan lingkungan sekitar sekolah, masyarkat atau sekitar kehidupan anak untuk mempelajari adanya berbagai potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

- Studi dokumentasi, yaitu mempelajari berbagai catatan atau berbagai dokumen tertulis untuk dipertimbangkan dan kemudian dipilih debagai sumber belajar,.

- Catatan anekdotal yaitu catatan –catatan yang sengaja dibuat guru dalam berbagai kesempatn yang luang atau keseharian ia melaksanakan untuk memperoleh sumber belajar yang dibutuhkan.

2.4 Prinsi-Prinsip Belajar

    1. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan timbale balik, saling mempengaruhi secara dinamis antara anak didik dan lingkungannya.
    2. Belajar harus selalu bertujuan,terarah dan jelas bagi anak didik. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
    3. Belajar paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri
    4. Belajar selalu menghadapi rintangan dan hambatan. Oleh karenanya anak didik harus sanggup mengatasinya secara tepat.
    5. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itru baik dari guru/dosen atau tuntunan dari buku pelajarn sendiri.
    6. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar untuk berfikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan mekanis.
    7. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pemecahan masalah melalui kerja kelompok. Asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari bersama
    8. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
    9. Belajar memerlukan latihan-latihan dan ulangan agar apa yang diperoleh atau dipelajari dapat dikuasai.
    10. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
    11. Belajar dianggap berhasil apabila si anak didik telah sanggup mentransferkan dan menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.

BAB III

P E N U T U P

A. Kesimpulan

- Seorang pendidik merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas peserta didiknya dan memahami betul nili-nilai esensial dari belajar itu sendiri.

- Belajar tidak pernah lepas dari yang namanya sumber belajar karena sumber belajar merupakan tempat dimana pendidik maupun peserta didik memperoleh bahan untuk belajar.

- Prinsip-prinsip beljaar sangat dibutuhkan dalam proses belajar baik pendidik maupun peserta didik sebagai pondasi dalam memahami belajar itu sendiri

- Teori belajar sebagai bahan acuan dalam referensi proses belajar yang dilakukan baik perserta didik.

B. Saran-saran

- Pendidik harus mampu memahami pengertian dari belajar, sumberbelajar, prinsip-prinsip serta teori belajar agar proses belajar mengajar dikelas lebih berjalan efektif

- Mahasiswa terutama yang bergerak dalam dunia pendidikan tentu sangat berguna sekali jika makalah ini dibaca dengan seksama dan dapat sebagai acuan dalam bertindak layaknya seorang pendidik.

- Belajar tidak pernah ada batasnya asalkan bernilai baik. Dan jangan pernah berhenti belajar sampai ajal menanti

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat allah swt karena berkat rahmat allah, taufiq dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang bertemakan “belajar” sebagai tugas psikologi pendidikan pada semester VI ( enam ) ini.

Makalah ini merupsksn bahan atau sumber bacaan bagi para mahasiswa yang

kuliah dibidang keguruan karena mereka merupakan calon guru yang harus menjadi guru yang profesional dan makalah ini disusun sesuai dengan literatur yang ada.

Proses pembuatan makalah ini tidaklah sangat singkat melainkan melalui beberapa tahap yang harus dilakukan. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kakak tingkat yang telah membantu dan membimbing sehingga tugas ini bisa terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang relevan bagi penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan. Dan saya akan petimbangkan dalam penyempurnaan untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi para pembacanya.

Sumenep, 01 Juni 2007

Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Bafal. 2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Moh Uzer Usman .1995. Menjadi Guru Profesional.. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Tim Direktorat Pembinaan Agama Islam. 2001. Kendali Mutu pendidikan agama Islam. Jakarta. Departemen Agama RI.

Piet A.S. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervise Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Muhibbin syah, M.Ed. 2006. Psikologi pendidikan . Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Text Box: makalah Psikologi pendidikan MEMAHAMI BELAJAR DALAM MEPESERTA DIDIK

FAJAR ILHAMI

04.1.03.01.0081

MATEMATIKA III A

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN 2005

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

1.2. Permasalahan...................................................................................... 2

1.3. Maksud Dan Tujuan............................................................................ 2

BAB II PEMBHASAN MASALAH

2.1 Pengertian Belajar ...................................................................... 3

2.2 Teori - Teori Belajar............................................................................. 4

2.3. Sumber-Sumber Belajar...................................................................... 5

2.4. Prinsip- Prinsip Belajar......................................................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 9

3.2 Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA